Monday, 18 November 2013

Simple Trim Abaya

Tempahan secara pre order. Harga belum termasuk bayaran pos. Semenanjung RM7. Sabah Sarawak RM11.

Extra features:
1. Poket sebelah kanan 
2. Saiz boleh pilih dari xs-10xl
3. Warna boleh pilih ikut kesukaan masing2
4. Umbrella cut- bahagian bawah kembang
5. Kain jenis royal koshibo - tidak jarang, tidak panas, tidak keras.
6. Jubah tidak mengikut bentuk badan. InsyaAllah aurat terjaga.
7. Boleh request untuk labuh tangan dan labuh jubah (free).
8. Ada piping di leher, lengan dan bawah jubah. Boleh request warna piping yang dikehendaki.
10. Potongan jubah yang sangat selesa. Labuh dan menutup aurat.

Berminat boleh e-mail ke sakinaabaya@yahoo.com atau whatsapp 0194094335

Thursday, 7 November 2013

Sembang-sembang

Assalamualaikum wbt

Syukur Alhamdulillah ke hadrat Ilahi kerana kita masih diberikan peluang untuk menikmati nikmat hidup di dunia ini. Dan tidak lupa juga selawat dan salam kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad (s.a.w). Di hari Jumaat yang mulia ni, meh kita sama-sama berkongsi ilmu dengan membaca artikel di bawah ni ya.

 Sumber dari https://groups.google.com/forum/m/#!msg/sinarislam/i5cpdhveucM/FLfmWtx_UZcJ

Ciri-ciri  pakaian wanita mengikut Sunnah.

1. Pakaian itu mestilah menutup aurat.
Rasulullah saw bersabda :Telah berkata Aisyah r.a " Sesungguhnya, Asma binti Abu Bakar menemui Nabi saw dengan memakai busana yang nipis " Maka nabi berpaling daripadanya dan bersabda "Wahai Asma' , sesungguhnya apabila wanita itu telah baligh (sudah haid) tidak boleh dilihat daripadanya kecuali ini dan ini , sambil mengisyaratkan kepada muka dan tapak tangannya"
2. Pakaian itu tidak terlalu nipis sehingga tampak bayangan tubuh badan dari luar"Dua orang ahli neraka yang belum pernah saya lihat adalah : kaum yang memegang pecut bagai ekor lembu digunakan untuk memukul orang (tanpa alasan), orang perempuan yang berpakaian tetapi telanjang bagaikan merayu-rayu melenggok-lenggok membesarkan cemaranya bagaikan punuk unta yang mereng. Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan dapat mencium bau syurga, sedangkan bau syurga dapat dicium dari jarak yang sangat jauh"(Riwayat Muslim)
3. Pakaian itu tidak ketat atau sempit , tetapi longgar atau selesa dipakai.Ia menutup bahagian-bahagian bentuk tubuh yang menggiurkan nafsu lelaki dan ia menutup aspek kehaiwanan dari insan itu.Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Abi Salamah bahawa Umar Bin Khattab r.a menghadiahkan kepada seseorang dengan pakaian nipis buatan Mesir Lama, kemudian berkata , "Jangan dipakaikan kepada isteri-isteri kamu!" Lalu seseorang berkata " Ya Amirul Mukminin aku telah memakainya untuk isteriku, kemudian memutarkan badannya tetapi tidak kelihatan auratnya ." selanjutnya Umar berkata, "Memanglah auratnya tidak nampak, tetapi bentuk tubuhnya nampak"
4. Warna pakaian itu suram atau gelap, seperti warna hitam atau kelabu asap atau perang sehingga tiada bernafsu lelaki melihatnya( terutamanyya pakaian seperti jilbab atau abaya) . Menurut Ibnu Kathir di dalam tafsirnya pakaian wanita-wanita pada zaman Nabi saw ketika mereka keluar rumah berwarna hitam)
5. Pakaian itu tidak sekali-kali disemerbakkan dengan bau-bauan yang harum, demikian juga tubuh badan wanita itu, kerana bau-bauan ini ada pengaruhnya atas nafsu kelamin lelaki yang ajnabi. Perempuan yang memakai bau-bauan ketika keluar rumah sehingga lelaki mencium baunya disifatkan oleh Rasulullah saw sebagai zaniyah, yakni pelacur atau penzina."Wanita apabila memakai wangi-wangian , kemudian berjalan melintasi kaum lelaki maka dia itu begini dan begini iaitu pelacur "(Riwayat Abu Dawud dan Tirmizi)
6. Pakaian itu tidak bertashabbuh dengan pakaian lelaki yakni tiada meniru -niru atau menyerupai pakaian lelaki. Telah berkata Ibnu Abbas : "Rasulullah saw telah melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai lelaki"(Riwayat Bukhari)
7. Pakaian itu tiada bertashabbuh dengan pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.
8. Pakaian itu bukanlah libasu sh-shuhrah, yakni pakaian untuk bermegah-megah , untuk menunjuk-nunjuk atau bergaya.

Ada juga isu yang ditimbulkan, bolehkah jika memakai pakaian yang bercorak2 atau bermotif bunga2 ke dan sebagainya. Saya tidak arif berkenaan perkara ini tetapi saya kongsikan jawapan soalan ini yang diambil dari blog Setetes Hidayah

BENARKAH BAJU WANITA HARUS POLOS DAN TIDAK BOLEH BERCORAK BUNGA-BUNGA?

Sebagian kelompok kaum muslimin ada yang berkeyakinan bahwa baju muslimah yang beriman haruslah bermotif polos dan berwarna gelap. Kalau pun mereka tidak menganggapnya wajib, paling tidak ada anggapan bahwa busana polos dan berwana gelap itu lebih Islami, lebih tinggi derajat ke-Islam-an nya. Maka merea beranggapan wanita muslimah yang memakai baju warna warni atau kain bercorak atau bermotif menunjukkan dangkalnya keimanan dan sifat yang genit atau berusaha menarik perhatian lawan jenis.
Saya pribadi pernah mendapat pertentangan dan dikecam ketika memimpin bisnis busana muslimah kemudian mempelopori pembuatan busana muslimah dengan motif bunga kecil-kecil. Pada masa itu memang belum marak busana muslimah seperti sekarang ini, dan kalaupun ada yang mengenakan busana muslimah memang rata-rata polos tanpa motif dan berwarna gelap bahkan hitam.
Walhasil kami berbagai tudingan pun terlontar. Dari mulai tudingan tidak islami, tabaruj jahiliyah, busana seperti itu menggoda lelaki, dan lain sebagainya. Lalu apakah benar Islam melarang busana muslimah dibuat dari kain bermotif?
Maka dalam kesempatan ini kami hendak menyampaikan hadits-hadits yang menceritakan bahwa busana wanita muslimah tidaklah wajib polos dan tidak haram memakai motif bunga-bunga.
Dan berkata, kepadaku ‘Amru bin ‘Ali telah menceritakan kepada kami Abu ‘Ashim berkata, Ibnu Juraij telah mengabarkan kepada kami, berkata,, telah mengabarkan kepada saya ‘Atho’ ketika Ibnu Hisyam melarang para wanita untuk thawaf bersama kaum lelaki, ia (‘Atho’) berkata : “Dan aku bersama ‘Ubaid bin ‘Umair pernah menemui ‘Aisyah r.ah. yang sedang berada disisi gunung Tsabir. Aku bertanya: “Hijabnya apa? Ia menjawab: “Ia berada di dalam tenda kecil buatan Turki. Tenda itu memiliki penutup yang tipis dan tidak ada pembatas antara kami dan beliau selain tenda itu, dan aku melihat beliau mengenakan gamis bermotif mawar“. (H.R. Bukhari No. 1513)
Hadits di atas adalah hadits shahih riwayat Bukhari. Dan dalam hadits tersebut diceritakan bahwa ummul mukminin (istri Rasulullah s.a.w.) yaitu Aisyah r.ah. mengenakan pakaian gamis bermotif bunga mawar. Dari sini kita mengetahui bahwa pakaian muslimah tidak wajib polos dan boleh bermotif bunga.
Dalam hadits lain diceritakan bahwa puteri Rasulullah s.a.w. dari hasil perkawinannya dengan Khadijah r.a.h yaitu Ummu Kultsum r.ah. pernah mengenakan kain yang bersulam.
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa dia pernah melihat Ummu Kultsum r.ah. puteri Rasulullah s.a.w. mengenakan kain yang bersulam sutera.” (H.R. Bukhari No. 5394)
Adanya sulaman ini menunjukkan bahwa kain tersebut tidak polos. Dalam hadits yang lain Rasulullah s.a.w. juga menghadiahkan dan mengenakan pakaian berrenda sutera serta berwarna hijau atau kuning kepada Ummu Khalid.
Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Sa’id dari ayahnya Sa’id bin Fulan yaitu ‘Amru bin Sa’id bin Al ‘Ash dari Ummu Khalid binti Khalid bahwa Nabi s.a.w. pernah diberi kain kecil yang ada renda suteranya. Lalu beliau bertanya: “Menurut kalian siapa yang paling berhak untuk mendapat kain ini?”, orang-orang pun diam. Beliau lalu bersabda: “Datangkanlah Ummu Khalid kepadaku.” Beliau lantas memberikan kain tersebut dan memakaikannya kepadanya. Setelah itu beliau bersabda: ‘Semoga tahan lama hingga Allah menggantinya dengan yang baru (panjang umur).’ Beliau kemudian melihat corak berwarna hijau atau kuning yang ada pada kain bersulam sutera tersebut, beliau bersabda: “Wahai Ummu Khalid, ini sanah, sanah.” Sanah adalah perkataan bahasa Habasyah yang berarti bagus.” (H.R. Bukhari No. 5375)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdurrahim bin Sulaiman dari Yazid bin Abu Ziyad dari Abu Fakhitah telah menceritakan kepadaku Hubairah bin Yarim dari Ali, bahwa telah di hadiahkan pakaian yang terbuat dari sutera kepada Rasulullah s.a.w., yaitu yang panjang atau lebar kainnya dan bersulamkan sutera. Kemudian beliau mengirimnya kembali kepadaku, lantas kudatangi beliau seraya berkata“Wahai Rasulullah, apa yang harus kuperbuat dengannya? Apakah aku boleh mengenakannya?” beliau menjawab: “Tidak, akan tetapi buatlah kerudung untuk Fatimah.” (H.R. Ibnu Majah No.3586)
Perkataan kain bersulam dan berenda menunjukkan bahwa kain itu tidak polos saja melainkan ada jahitan atau bordiran atau sulaman sebagai hiasan. Demikian pula kalimat bahwa kain itu berwarna hijau atau kuning menunjukkan kebolehan pakaian wanita muslimah berwarna lain selain hitam.
Ada yang mengemukakan dalil haramnya wanita memakai baju berwarna dan bercorak berdasarkan hadits berikut ini :
Telah menceritakan kepada kami Al Fadllu bin Dukain Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Harb dari Hisyam dari Hafshah dari Ummu ‘Athiyah ia berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung lebih dari tiga hari kecuali terhadap suaminya. Maka ia tidak boleh bercelak, tidak boleh memakai pakaian yang berwarna (bercorak) kecuali pakaian yang terbuat dari bahan dedaunan.” (H.R. Bukhari No. 4924)
Maka hadits di atas sama sekali tidak menunjukkan keharaman wanita mengenakan pakaian berwarna dan bercorak. Hadits di atas menceritakan masa ihdad atau berkabung dimana selama masa berkabung itu wanita memang tidak boleh mengenakan pakaian berwarna atau bermotif, lalu memakai celak (berhias) dan memakai wewangian. Dan masa berkabung itu maksimal adalah 3 hari. Kecuali jika yang meninggal itu adalah suaminya, maka dibolehkan selama 40 hari. Adapun setelah lewat masa berkabung, wanita boleh mengenakan pakaian berwarna, mengenakan celak mata dan menggunakan wewangian.
Walaupun demikian kami tetap menghormati kelompok yang berpendapat wajibnya wanita muslimah mengenakan busana polos tanpa motif karena toh tidak ada larangan untuk mengenakan busana dari kain polos tanpa motif. Hanya saja jika hal ini mereka yakini sebagai kewajiban dan menganggap bahwa muslimah yang berbusana dengan kain bermotif adalah kurang imannya, dan mereka yang berbusana dengan kain polos itu lebih Islami, maka kami katakan keyakinan seperti ini tidak tepat. Adapun jika ada wanita yang lebih menyukai busana polos tanpa motif, maka hal itu sah saja.
Wallahua’lam
Ada banyak lagi blog yang membincangkan isu ini. Apa yang saya dapat simpulkan adalah tidak ada hadis atau ayat Al-Quran yang jelas menyatakan bahawa wanita tidak boleh memakai pakaian bermotif bunnga atau bercorak. Dari huraian di atas, apa yang penting adalah pastikan pakaian yang anda pakai menutup aurat sepenuhnya, labuh dan longgar tanpa menampakkan bentuk badan. Juga pastikan bahawa tudung yag dipakai dilabuhkan sehingga menutupi bahagian dada. Pakailah stokin kerana kaki juga adalah termasuk dalam aurat. 


Tuesday, 5 November 2013

SIMPLE ABAYA - LIGHT BLUE

Jubah warna biru ni ditempah oleh adik yang duduk di Lumut. Sweet kan warna ni. Dia nak jubah seperti sampel saya dulu. Jahit lace dan manik di bahagian tangan. Hehehhe..bajunya dah siap. Cuma tinggal nak jahit lace dan manik sahaja.


TRIPPLE TRIMM ABAYA - PELBAGAI PILIHAN WARNA



Gambar kedua- ilustrasi saya bagi membantu para muslimah untuk mix and match warna piping dengan warna jubah. Serlahkan kreativiti anda.....

Tripple Trimm Abaya


Tripple Trim Abaya

Harga RM95.00 untuk special cuff
RM89.00 untuk tangan biasa (open sleeves)

Tempahan pre order

Warna boleh pilih dan juga boleh matching dengan warna piping yang disukai.
Saiz boleh tempah dari saiz xs-10xl.

E-mail : sakinaabaya@yahoo.com

Saturday, 26 October 2013

JUBAH HITAM SIMPLE




Simple Black Abaya.
RM65-00 only. Belum masuk bayaran pos. Bayaran pos ditambah RM7 (Semenanjung) dan RM 11 (Sabah Sarawak)

Wednesday, 23 October 2013

BIODATA USTAZ HISHAMUDDIN MANSOR




Ustaz Hishamuddin Mansor adalah seorang Pembimbing Ibadah Haji Lembaga Tabung Haji Negeri Sembilan. Bekerjasama dengan KRS Travel Sdn. Bhd, beliau dipertanggungjawabkan sebagai salah seorang Ketua Kumpulan/mutawwif  yang akan membimbing peserta yang mengikuti pakej umrah yang ditetapkan. Bagi tahun 2014, tarikh yang disediakan oleh pihak KRS Travel Sdn. Bhd untuk Ustaz Hishamuddin  adalah pada 6-17 April 2014. Ada 100 tempat untuk diisikan. 

Ustaz Hishamuddin merupakan guru agama di Kolej Tuanku Jaafar. Beliau juga banyak mengadakan ceramah dan kuliah agama. Selain itu, beliau juga ada menulis beberapa buah buku agama untuk rujukan dan bimbingan kepada muslimin dan muslimat. Untuk maklumat lanjut mengenai aktiviti dan biodata Ustaz Hishamuddin, tuan/puan boleh melawat blog beliau di ABU SOFEYA.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang syarikat KRS Travel, sila klik sini. KRS Travel Sdn. Bhd adalah sebuah syarikat yang berdaftar dan berpengalaman untuk menguruskan pakej umrah. Kenapa anda perlu memilih pakej di bawah syarikat ini? Baca sebabnya lebih lanjut di sini. Sebagai sebuah syarikat yang mempunyai pengalaman lebih 20 tahun dalam mengendalikan perkhidmatan umrah dan haji, syarikat KRS Travel dapat memuaskan hati pelanggan dengan perkhidmatannya. 





Jika tuan/puan berminat untuk mengikuti rombongan umrah bersama Ustaz HIshamuddin Mansor, tuan/puan boleh hubungi kami di 019-4225335 atau e-mail sakinaabaya@yahoo.com.


Tuesday, 22 October 2013

BADAL/UPAH HAJI

Perkhidmatan Badal Haji untuk waris yang telah meninggal dunia/uzur juga ditawarkan oleh pihak kami. 

Perkhidmatan ini akan dijalankan oleh Ust Haji Mohd Hishamuddin bin Mansor (HISHAM AL HAJ MANAGEMENT ENTERPRISE  (NS0102635-D). 

Pakej ini juga termasuk bacaan tahlil dan Yassin di Mekah. Harga pakej adalah RM1800-00. 

Berminat: Sila hubungi 019-4225335 atau e-mail sakinaabaya@yahoo.com.



Hukum Badal Haji

Kategori: Fiqh dan Muamalah


Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz ditanya:
Barangsiapa mati dan belum berhaji karena sakit, miskin atau semacamnya, apakah ia mesti dihajikan?
Beliau rahimahullah menjawab:
Orang yang mati dan belum berhaji tidak lepas dari dua keadaan:
Pertama:
Saat  hidup mampu berhaji dengan badan dan hartanya, maka orang yang seperti ini wajib bagi ahli warisnya untuk menghajikannya dengan harta arwah. Orang seperti ini adalah orang yang belum menunaikan kewajiban di mana ia mampu menunaikan haji walaupun ia tidak mewasiatkan untuk menghajikannya. Jika arwah telah memberi wasiat agar ia dapat dihajikan, kondisi ini lebih diperintahkan lagi. Dalil dari kondisi pertama ini adalah firman Allah Ta’ala,
وَلِلّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ
Mengerjakan haji ke Baitullah adalah kewajiban manusia terhadap Allah, [yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah]” (QS. Ali Imran: 97)
Juga disebutkan dalam hadits shahih, ada seorang laki-laki yang menceritakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Sungguh ada kewajiban yang mesti hamba tunaikan pada Allah. Aku mendapati ayahku sudah berada dalam usia senja, tidak dapat melakukan haji dan tidak dapat pula melakukan perjalanan. Apakah mesti aku menghajikannya?” “Hajikanlah dan umrohkanlah dia”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad dan An Nasai). Kondisi orang tua dalam hadits ini telah berumur senja dan sulit melakukan safar dan amalan haji lainnya, maka tentu saja orang yang kuat dan mampu namun sudah keburu meninggal dunia lebih pantas untuk dihajikan.
Di hadits lainnya yang shahih, ada seorang wanita berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku bernadzar untuk berhaji. Namun beliau tidak berhaji sampai beliau meninggal dunia. Apakah aku mesti menghajikannya?” “Berhajilah untuk ibumu”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Ahmad dan Muslim)
Kedua:
Jika arwah dalam keadaan miskin sehingga tidak mampu berhaji atau dalam keadaan uzur sehingga semasa hidup juga tidak sempat berhaji. Untuk keadaan semacam ini tetap disyari’atkan bagi keluarganya seperti anak laki-laki atau anak perempuannya untuk menghajikan orang tuanya. Alasannya sebagaimana hadits yang disebutkan sebelumnya.
Begitu pula dari hadits Ibnu ‘Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang berkata, “Labbaik ‘an Syubrumah (Aku memenuhi panggilanmu atas nama Syubrumah), maka beliau bersabda, “Siapa itu Syubrumah?” Lelaki itu menjawab, “Dia saudaraku –atau kerabatku-”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Apakah engkau sudah menunaikan haji untuk dirimu sendiri?” Ia menjawab, ”Belum.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan, “Berhajilah untuk dirimu sendiri, lalu hajikanlah untuk Syubrumah.” (HR. Abu Daud). Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma secara mauquf (hanya sampai pada sahabat Ibnu ‘Abbas). Jika dilihat dari dua riwayat di atas, menunjukkan dibolehkannya menghajikan orang lain baik dalam haji wajib maupun haji sunnah.
Adapun firman Allah Ta’ala,
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An Najm: 39). Ayat ini bukanlah bermakna seseorang tidak mendapatkan manfaat dari amalan atau usaha orang lain. Ulama tafsir dan pakar Qur’an menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah amalan orang lain bukanlah amalan milik kita. Yang jadi milik kita adalah amalan kita sendiri. Adapun jika amalan orang lain diniatkan untuk lainnya sebagai pengganti, maka itu akan bermanfaat. Sebagaimana bermanfaat do’a dan sedekah dari saudara kita (yang diniatkan untuk kita) tatkala kita telah meninggal dunia. Begitu pula jika haji dan puasa sebagai gantian untuk orang lain, maka itu akan bermanfaat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mati namun masih memiliki utang puasa, maka hendaklah ahli warisnya membayar utang puasanya.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari ‘Aisyah).  Hal ini khusus untuk ibadah yang ada dalil yang menunjukkan masih bermanfaatnya amalan dari orang lain seperti do’a dari saudara kita, sedekah, haji dan puasa. Adapun ibadah selain itu, perlu ditinjau ulang karena ada perselisihan ulama di dalamnya seperti kirim pahala shalat dan kirim pahala bacaan qur’an. Untuk amalan ini sebaiknya ditinggalkan karena kita mencukupkan pada dalil dan berhati-hati dalam beribadah. Wallahul muwaffiq.
(Fatwa Syaikh Ibnu Baz di atas diterjemahkan dari: http://www.binbaz.org.sa/mat/690)

Para ulama menjelaskan bahwa ada tiga syarat boleh membadalkan haji:

  1. Orang yang membadalkan adalah orang yang telah berhaji sebelumnya.
  2. Orang yang dibadalkan telah meninggal dunia atau masih hidup namun tidak mampu berhaji karena sakit atau telah berusia senja.
  3. Orang yang dibadalkan hajinya mati dalam keadaan Islam. Jika orang yang dibadalkan adalah orang yang tidak pernah menunaikan shalat seumur hidupnya, ia bukanlah muslim sebagaimana lafazh tegas dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, alias dia sudah kafir. Sehingga tidak sah untuk dibadalkan hajinya.

Nasehat terakhir: Lakukan Badal Haji dengan Ikhlas

Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud [11] : 15-16). Qotadah mengatakan, “Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim). Jika dunia saja yang dicari dalam lakukan badal haji, maka tunggu saja balasan yang akan Allah berikan. Uang melimpah bisa jadi ia dapat, namun nikmat di akhirat bisa jadi sirna. Ikhlaslah … ikhlaslah dan raihlah ridho Allah.
Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan ikhlas dalam beribadah pada-Nya.
Wallahu waliyyu taufiq.

WAKAF QURAN DI MASJIDIL HARAM



MAKSUD WAKAF
Dari sudut bahasa :
Al-Waqf (اَلْوَقْفُ) bermaksud harta yang diwakafkan
Al-Habs ( اَلْحَبْس ُ  ) bermakna harta itu ditahan
Al-Mana’( اَلْمَنْعُ  ) bermaksud dihalang
Dari segi syarak :
Wakaf bermaksud seseorang yang menyerahkan hak miliknya ( harta yang boleh digunakan tanpa susut fizikalnya ) kepada pengguna wakaf tersebut dari mula harta diwakafkan hingga ke akhirnya semata-mata kerana Allah S.W.T. Ianya tidak boleh diambil kembali atau dimiliki oleh mana-mana individu.
Wakaf terbahagi kepada 2 iaitu:
i) Wakaf Ahli (wakaf keluarga)
wakaf ini dikhususkan manfaatnya kepada ahli keluarga yang telah ditentukan oleh pewakaf.

ii) Wakaf Khairi (Wakaf Kebajikan)

Wakaf ini terbahagi kepada wakaf am dan wakaf khas.
Wakaf am bermaksud  sesuatu wakaf yang diwujudkan oleh pewakaf bagi tujuan manfaat umum mengikut hukum syarak seperti untuk kemudahan atau pembangunan ekonomi umat Islam menerusi pelbagai aktiviti yang dijalankan dengan berasaskan hokum syarak.
Wakaf khas pula bermaksud  wakaf yang diwujudkan oleh pewakaf bagi tujuan manfaat tertentu umat islam mengikut hokum syarak seperti mewakafkan tanah untuk tujuan masjid, surau, sekolah agama, perkuburan islam dan lain-lain yang dikhususkan oleh pewakaf.

RUKUN WAKAF
  1. Orang yang mewakafkan. (الْوَاقِفُ)
  2. Pihak yang menerima wakaf. (المَوْقُوْفُ)
  3. Benda yang diwakafkan.  (الْمَوْقُوْفُ عَلَيْهِ)
  4. Suratan yang berkenaan dengan wakaf termasuk wasiat (juga dikenali dengan sighah wakaf. (حُجَّة)

Dalil Pensyariatan

a) AL-QURAN
Surah Al-Baqarah, ayat 261:
Bermaksud:
Bandingan orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah (perbelanjaan derma) ialah seperti sebiji benih yang tumbuh dan menerbitkan tujuh tangkai; tiap-tiap tangkai itu pula mengandungi seratus biji. Dan (ingatlah) Allah akan melipatgandakan pahala (ganjaran) bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas (rahmat) kurnia-Nya lagi Maha Mengetahui.
Surah Ali ‘Imran, ayat 92:
Bermaksud:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
b) HADITH NABAWIYAH
Dari Abu Hurairah, r.a, Rasulullah S.A.W bersabda:
Bermaksud:
“Apabila mati anak Adam, akan terhentilah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah (harta yang diwakafkan), ilmu yang dimanfaatkannya dan anak yang soleh yang mendoakannya”
Hadith Riwayat Muslim
Hadith dari Ibni Umar r.a.
Hadith dari Ibni Umar r.a. dia berkata: Umar telah mendapat sebidang tanah di Khaibar lalu dia datang kepada Nabi s.a.w untuk minta pandangan tentang tanah itu, maka katanya yang bermaksud:
“Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mendapat sebidang tanah di Khaibar, di mana aku tidak mendapat harta yang lebih berharga bagiku selain daripadanya, (walhal aku bercita-cita untuk mendampingkan diri kepada Allah Azzawajalla) apakah yang hendak engkau perintahkan kepadaku dengannya?”
Maka sabda Rasulullah s.a.w kepadanya yang bermaksud:
“Jika engkau hendak tahanlah (bekukan) tanah itu, dan sedekahkan manfaatnya.”
Maka Umar pun sedekahkan manfaatnya dengan syarat tanah (maukuf) itu tidak boleh dijualbeli, tidak dihibahkan (beri) dan tidak diwariskan (dipusakai). Tanah itu diwakafkan ke atas fakir miskin, kaum kerabat, memerdekakan hamba sahaya, sabilillah, ibnissabil dan tetamu. Dan tidak ada halangan bagi orang yang menguruskan (yang diberi kuasa menjaganya yakni Nazir) untuk mengambil upah sebahagian darinya dengan cara yang wajar dan mengambil upahnya tanpa menganggap bahawa tanah itu miliknya sendiri.
c) IJMA’
- Imam Al-Qurthuby berkata: Sesungguhnya permasalahan wakaf adalah ijma (sudah disepakati) di antara para sahabat Nabi; yang demikian kerana Abu Bakar, Umar, Uthman, Ali, Aisyah, Fathimah, Amr ibn Al-Ash, Ibnu Zubair, dan Jabir, seluruhnya mengamalkan syariat wakaf, dan wakaf-wakaf mereka, baik di Makkah mahupun di Madinah, sudah dikenal masyhur oleh khalayak ramai. (Rujuk: Tafsir Al-Qurthuby: 6/339, Al-Mustadrah 4/200).
- Jabir berkata: Tiada seorangpun dari sahabat Nabi yang memiliki kemampuan dan kelapangan rezeki, kecuali pasti pernah mewakafkannya. (Rujuk: Al-Mughni 8/185, Al-Zarkasyi 4/269).
- Imam Tirmidzi menyatakan: Wakaf telah diamalkan oleh para ulama, baik dari kalangan sahabat Nabi mahupun yang lainnya, saya tidak melihat ada perbezaan pendapat di kalangan ulama mutaqaddimin tentang bolehnya wakaf, baik wakaf tanah mahupun wakaf yang lain.? (Rujuk: Sunan Tirmidzi 5/13 setelah hadits no. 1375).

Perkhidmatan Wakaf Quran di Masjidil Haram. Di jalankan oleh Ustaz Haji Hishamuddin Mansor. Untuk maklumat lanjut,  hubungi kami di 019-4225335 atau e-mail di sakinaabaya@yahoo.com


Monday, 21 October 2013

PAKEJ UMRAH DAN ZIARAH (6-17 APRIL 2014) BERSAMA KRS TRAVEL SDN. BHD (Co. No. 477239-X)






JADUAL PENERBANGAN

HARI
DARI/KE
FLT
ETD
ETA
06 APR
KUL/JED
MH168
2230
0245
17 APR
JED/KUL
MH169
0500
1835

MALAYSIA AIRLINES
12 HARI/10 MALAM
HARI BERLEPAS : AHAD
HARI PULANG: KHAMIS/HARI SAMPAI: KHAMIS
HARGA PAKEJ
BILIK 2
BILIK 3
BILIK 4-7
RM5,650.00
RM5,550.00
RM5,250.00

ATURCARA PAKEJ

HARI 01-02 : KUL/JEDDAH-MEDINAH
Berlepas dari KLIA : 10.30 malam.
Tiba di JEDDAH : 2.45 pagi (waktu Jeddah).
Setelah selesai segala urusan di airport – meneruskan perjalanan ke Medinah dengan menaiki bas.
Tiba di HOTEL - check in – berehat.

HARI 03 : MEDINAH/ZIARAH/BEBAS
Ziarah Makam Rasulullah SAW dan perkuburan Baqi’. Acara bebas.

HARI 04 : MEDINAH/ZIARAH/BEBAS
Ziarah Masjid Quba’, Masjid Qiblatain, Masjid Tujuh dan Pasar kurma – Bebas.

HARI 05-06 : MEDINAH/MAKKAH/BEBAS
Ziarah wida’ - Berangkat ke Makkah.
Bermiqat di Bir Ali. Tiba di Makkah – check in hotel – berehat. Mengerjakan umrah – acara bebas.
HARI KE 06 Acara bebas – beribadah.

HARI 07-08 : MAKKAH/ZIARAH/BEBAS
Ziarah Jabal Nur, Jabal Thur, Arafah, Mudzalifah,Mina & Jaaranah
(Miqat ke 2 di Jaaranah - berniat umrah).
HARI KE 08 – Acara bebas – beribadah.

HARI 09 : MAKKAH/HUDAIBIYAH/BEBAS
Lawatan ke Hudaibiyah – Miqat ke 3.
Melawat ke ladang unta, kilang Kelambu Kaabah (tertakluk kepada kebenaran).
(Miqat ke 3 di Hudaibiyah - berniat umrah).

HARI 10 : MAKKAH/BEBAS
Acara bebas – beribadah secara berkumpulan.

HARI 11-12 : MAKKAH-JEDDAH/KUL
HARI KE 11 Tawaf Wida’ – Melawat sekitar Jeddah (Insyallah ke Masjid Terapung), sementara menanti waktu berangkat ke KLIA.
Berlepas dari JEDDAH : 5.00 pagi (waktu Jeddah).
Tiba di KLIA : 6.35 petang.

·         Atucara adalah tertakluk kepada perubahan tanpa sebarang notis


Di bawah bimbingan
Ust Haji Hishamuddin Mansor
(Pembimbing Ibadah Haji Lembaga Tabung Haji Negeri Sembilan)

Hubungi Kami di 0194225335 atau e-mail sakinaabaya@yahoo.com untuk butiran lanjut.

HARGA PAKEJ TERMASUK :
Tiket penerbangan, Cukai lapangan terbang,
Visa Umrah & Insuran.
Penginapan, Pengangkutan dan Makan di Makkah dan Medinah.
Umrah 3 kali percuma.
Kursus umrah yang ditetapkan pihak syarikat.

CENDERAMATA DARI KRS TRAVEL :
Beg galas, Beg kecil & Ihram/Telekung.
Buku Panduan, Uncang kasut & Luggage Tag.
Air zam-zam (10liter).






HOTEL MEDINAH :
wAsAL al-reeM @ Setaraf
200 meter dari Masjid Nabawi

Wakil di MEDINAH :
HJ. ABD AZIZ : Tel : 009665 09525732


HOTEL MAKKAH :
MiRA PALACE @ Setaraf
350 meter dari Masjidil Haram

Wakil di MAKKAH :
HJ. MUSTAFA : Tel : 009665 04530097
HJ. BAJURI : Tel : 009665 06538467